
JAKARTA-Jagamerahputih.com–Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi hujan ekstrem di Jabodetabek tanggal 11 hingga 20 Maret 2025, dengan intensitas hingga 300 mm; modifikasi cuaca dilakukan untuk mitigasi bencana.
BMKG memberikan peringatan dini terkait potensi hujan ekstrem di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), menyusul prediksi puncak hujan yang diperkirakan terjadi antara tanggal 11 hingga 20 Maret 2025, dengan intensitas hujan yang sangat tinggi, mencapai 300 mm dalam 10 hari.
BMKG telah dan akan terus melakukan berbagai upaya mitigasi bencana, termasuk modifikasi cuaca.
Lembaga pemerintah non-kementerian ini, yang berdiri sejak 1866, memiliki peran krusial dalam memberikan informasi dan peringatan dini cuaca, iklim, dan geofisika di Indonesia. Tugas BMKG mencakup meteorologi, klimatologi, dan geofisika, yang kesemuanya saling berkaitan dan penting untuk keselamatan dan pembangunan Indonesia. Peringatan dini BMKG sangat penting untuk menyelamatkan jiwa dan harta benda masyarakat.
Sebagai respon atas potensi bencana hidrometeorologi ini, BMKG telah mengerahkan tim selama 24 jam untuk memantau dan melakukan penyemaian awan. Hal ini merupakan bagian dari upaya modifikasi cuaca yang dilakukan BMKG untuk mengurangi dampak buruk dari hujan ekstrem. Langkah ini menunjukkan keseriusan BMKG dalam menghadapi ancaman bencana alam dan melindungi masyarakat.
Hujan Ekstrem dan Upaya Mitigasi BMKG
BMKG memprediksi puncak hujan ekstrem di Jabodetabek akan terjadi pada periode 11-20 Maret 2025. Intensitas hujan yang tinggi berpotensi menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. Oleh karena itu, kewaspadaan masyarakat sangat diperlukan.

Selain prediksi cuaca, BMKG juga aktif menganalisis data iklim jangka panjang untuk memahami tren iklim dan perubahan iklim di Indonesia. Informasi ini sangat penting untuk perencanaan pembangunan yang berkelanjutan dan mitigasi bencana di masa mendatang. Analisis data iklim juga membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait perubahan iklim.
Modifikasi cuaca menjadi salah satu strategi utama BMKG dalam menghadapi potensi hujan ekstrem. Dengan melakukan penyemaian awan, BMKG berupaya mengurangi intensitas hujan dan mencegah terjadinya bencana yang lebih parah. Upaya ini dilakukan secara intensif dan terkoordinasi di seluruh wilayah yang berpotensi terdampak.
BMKG juga memantau aktivitas seismik, tsunami, dan gunung berapi sebagai bagian dari tugas geofisika. Peringatan dini gempa bumi dan tsunami sangat krusial untuk memberikan waktu bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri. Sistem pemantauan yang canggih dan akurat menjadi kunci dalam memberikan peringatan dini yang efektif. (**)